It's raining outside. Lagu yang ada di urutan pertama playlist gue kali ini adalah Desember Efek Rumah Kaca. Seperti ada sebuah utang yang belum lunas pada lagu ini. Desember 2009 lalu, lagu ini bukan hanya jadi nomor satu di playlist, tapi juga menjadi soundtrack of the month hidup gue. Setahun kemudian, ketika @aciear mengajak gue untuk ikutan project #hujan nya, akhirnya gue bahas hubungan hujan, desember dan kisah didalamnya dalam sebuah tulisan. Karena satu dan lain hal, tulisan itu masih tersimpan rapi di hardisk, dan hanya dipublish di blogbelumjadi alias tumblr gue sebagai postingan trial tanpa gue tindak lanjuti. Rencana awalnya, tulisan tersebut akan di repost di ultimate me pada saat yang tepat sesuai dengan judulnya, Desember.
Dan desemberpun sudah lewat, Januari akan segera berakhir, namun ultimate me masih mati suri. Postingan berjudul Desember itupun nampaknya sudah kadaluarsa jika muncul di akhir Januari ini. Tapi ijinkan gue menyapa ciptaan Tuhan yang paling esensial dalam tulisan itu, Hujan. Apa kabar hujan? Yang pasti ia masih tetap ajaib. Tetap menjanjikan sesuatu yang magis. Lebih dari sekedar cerita, lebih dari sekedar bahasa. Hujan memiliki caranya sendiri untuk menampakkan keindahannya. Hadir dalam puisi, nada dan sapuan warna. Melebur dalam suka, duka dan rindu yang menggelora. Menjelma dalam rintik atau badai yang tak terduga.
Terlalu banyak 'pengalih' yang menyebabkan gue tidak bisa menikmati hujan di musim ini dengan khusyuk. Otak gue lebih rusuh dari biasanya, namun gue memilih untuk lebih banyak diam daripada biasanya. Terlalu banyak kata, terlalu banyak tanya terkadang bukan merupakan hal yang baik jika kita tau betul hanya Tuhan yang mampu menjawabnya. Maka ikhlas dan tawakal adalah bentuk penyikapan terbaik, meskipun merupakan penyikapan tersulit. Maka sore ini, gue ingin sejenak mengistirahatkan otak, mengabaikan tanya dan menikmati rintik hujan di luar sana. Tidak ada cokelat panas, buku dan selimut tebal. Hanya lagu ERK, my blue laptop, dan Taro rasa rumput laut. Perpaduan yang kurang selaras dan agak maksa. Namun hujan selalu punya cara menjadikan semuanya terasa lebih syarat makna. Perlahan, kenangan indah dalam hujan membuat senyum gue merekah. Ya, gue masih punya sahabat, keluarga, teman-teman, dan cita-cita. Mereka yang selalu menyayangi gue, mereka yang selalu memberikan kehangatan tersendiri di hati ini. Lalu, adakah alasan bagi gue untuk tidak mensyukuri hujan sore ini?
29 Januari 2012, ditulis selagi hujan.
Dan desemberpun sudah lewat, Januari akan segera berakhir, namun ultimate me masih mati suri. Postingan berjudul Desember itupun nampaknya sudah kadaluarsa jika muncul di akhir Januari ini. Tapi ijinkan gue menyapa ciptaan Tuhan yang paling esensial dalam tulisan itu, Hujan. Apa kabar hujan? Yang pasti ia masih tetap ajaib. Tetap menjanjikan sesuatu yang magis. Lebih dari sekedar cerita, lebih dari sekedar bahasa. Hujan memiliki caranya sendiri untuk menampakkan keindahannya. Hadir dalam puisi, nada dan sapuan warna. Melebur dalam suka, duka dan rindu yang menggelora. Menjelma dalam rintik atau badai yang tak terduga.
Terlalu banyak 'pengalih' yang menyebabkan gue tidak bisa menikmati hujan di musim ini dengan khusyuk. Otak gue lebih rusuh dari biasanya, namun gue memilih untuk lebih banyak diam daripada biasanya. Terlalu banyak kata, terlalu banyak tanya terkadang bukan merupakan hal yang baik jika kita tau betul hanya Tuhan yang mampu menjawabnya. Maka ikhlas dan tawakal adalah bentuk penyikapan terbaik, meskipun merupakan penyikapan tersulit. Maka sore ini, gue ingin sejenak mengistirahatkan otak, mengabaikan tanya dan menikmati rintik hujan di luar sana. Tidak ada cokelat panas, buku dan selimut tebal. Hanya lagu ERK, my blue laptop, dan Taro rasa rumput laut. Perpaduan yang kurang selaras dan agak maksa. Namun hujan selalu punya cara menjadikan semuanya terasa lebih syarat makna. Perlahan, kenangan indah dalam hujan membuat senyum gue merekah. Ya, gue masih punya sahabat, keluarga, teman-teman, dan cita-cita. Mereka yang selalu menyayangi gue, mereka yang selalu memberikan kehangatan tersendiri di hati ini. Lalu, adakah alasan bagi gue untuk tidak mensyukuri hujan sore ini?
29 Januari 2012, ditulis selagi hujan.
Gambar dari sini