Dan saat malam mulai naik, saya baru tersadar, kalau moment sekian menit di jembatan penyebrangan salemba selalu saya 'pause' sejenak. Untuk sekedar melihat lampu2 mobil di bawah sana dari kedua arah, depan dan belakang. Bahkan bulan purnama hadir ikut menyapa saya malam itu. Aaaahhh... angin lagi2 seolah menuntun untuk bermain bersama teman-temannya. Udara menjadi sejuk... ingin sekali berlama-lama disana dan merentangkan tangan untuk menyambut ajakan angin bermain dan menari. Ah, saya bisa dianggap gila oleh penyebrang yang lain.
Sayapun merindukan paduan sempurna malam lainnya, hujan, jalan, lampu kota dan tiupan angin yang hangat. Menanti tetesan hujan di telapak tangan, atau menyentuhnya dengan tidak sabar dibalik kaca yang mengembun. Jika kaki berkenan melangkah, sambutlah hujan dan rasakan genangannya dikakimu. Atau sekedar memandanginya dan mengagumi keindahan bayangan lampu kota yang kabur dari jendela sambil menikmati coklat panas. Sempurna.
Aaahh,,,
rasa ini entah datang karena kegalauanku, atau justru untuk menghiburku. 55 hari lagi. Mengejar impian. Untuk menyelesaikan tugas akhir. Sampai detik ini, saya masih merasa gentar, tapi harapan masih terus ada. Ada sebuah bintang dihatiku, dan ia terus bersinar, tak akan mudah padam.
tante, postngan yg ini bolehkah gw masukin ke ebook Cerita Tentang Hujan? :D