Kau berjanji akan datang. Lalu tak ada kabar.
Aku biarkan kau larut. Sekedar ingin mengetahui, seberapa besar ruangan untukku dihatimu. Kita pernah mengisi hari bersama, adakah kau rindukan aku saat ini, kawan?
Sama sekali tidak ada kabar. Katamu pulsanya habis. Itu mungkin alasan, tapi berlebihankah, jika aku menduga ada alasan lain?
Lalu temanku melihat kamu dan dia, dalam ruang dan waktu yang sama. Temanku bertanya tentang dia, dan jawabanmu hanya sebuah pengelakan.
Heiii, kenapa aku bertindak seperti seorang hakim?
Kamu, tidak layak dicaci, apalagi oleh aku sendiri. Kamu, adalah sahabat yang aku sayang. Sungguh. Jika aku harus mengungkapkannya, aku akan mengatakannya dengan jelas:
Aku tidak ingin kamu terjebak dengan cinta semu. Menjalani langkah yang salah, dengan membiarkan rasa itu membutakan hatimu. IA memang tidak terlihat, namun cintaNYA sangat nyata. Sedangkan dia, mungkin terlihat jelas, namun cintanya, belum tentu nyata.
Terima kasih untuk kembali mengingatkanku bahwa kehilangan adalah satu proses belajar, belajar dari rasa sakit. Belajar menyadari bahwa keutuhan diri, tidak akan berkurang saat sesuatu yang telah aku anggap bagian dari diriku sendiri hilang.
Heii... Aku tidak akan pergi, engkau juga kan? Kita tidak akan kemana-mana. Percayalah. Aku tidak akan pernah menyetujui langkahmu, tapi aku, selalu disini, ada untuk tetap menjadi sahabatmu.
Siapa dia?
'dia' adalah orang yang berada diantara 'aku' dan 'kamu' :)